1. Kebudayaan itu Dipelajari
Kita
sebut kebudayaan itu dapat dipelajari karena interaksi antar manusia ditentukan
oleh penggunaan symbol, bahasa verbal maupun nonverbal. Tradisi budaya,
nilai-nilai, kepercayaan, dan standar perilaku semuanya diciptakan oleh kreasi
manusia dan bukan sekadar diwarisi secara instink, melainkan melalui proses
pendidikan dengan cara-cara tertentu menurut kebudayaan. Perlu diketahui bahwa
setiap manusia lahir dalam satu keluarga, kelompok sosial tertentu yang telah
memiliki nilai, kepercayaan, dan standar perilaku yang ditransmisikan melalui
interaksi di antara mereka. Istilah sosiologi dalam pembelajaran budaya kita
sebut sosialisasi.
Jika
kebudayaan itu tidak dapat dipelajari maka tak mungkinlah manusia yang hidup
kini dapat menciptakan barang-barang material, seperti pakaian, makanan, rumah,
dan alat-alat rumah tangga baik dalam lingkungan kebudayaan sendiri maupun
diketahui oleh lingkungan kebudayaan oranglain. Hanya dengan sosialisasi kita
dapat mempelajari nilai, norma, bahasa dan kepercayaan yang bersifat abstrak,
dan dengan itulah manusia terus menjalani kehidupan mereka
2. Kebudayaan
itu Dipertukarkan
Disamping
dipelajari, kebudayaan itu juga dipertukarkan. Istilah pertukaran merujuk pada
kebiasaan individu atau kelompok untuk menunjukkan kualitas kelompok budayanya.
Dalam interaksi dan pergaulan antarmanusia setiap orang mewakili kelompoknya
lalu menunjukkan kelebihan-kelebihan budayanya dan membiarkan orang lain untuk
mempelajarinya. Proses pertukaran budaya, terutama budaya material, dilakukan
melalui mekanisme ‘belajar budaya’ yang mengakibatkan para ibu yang berasal
dari Sunda dan Jawa dapat belajar memasak jagung bose (masakan
jagung yang bercampur santan kelapa) dan sebaliknya para ibu dari Timor dan
Flores belajar membuat oncom dan bajigurdari
Sunda.
3. Kebudayaan Tumbuh dan Berkembang
Setiap
kebudayaan terus ditumbuhkembangkan oleh para pemilik kebudayaan, oleh karena
itu ada yang mengatakan bahwa kebudayaan it uterus mengalami perubahan. Tatkala kita
mengatakan bahwa kebudayaan itu akumulatif maka yang dimaksudkan adalah dia
cenderung tumbuh, berkembang menjadi luas, dan bertambah. Oleh karena itu, kita
menyebut kebudayaan itu berubah semakin rinci (kompleks) dan kemudian
dikomunikasikan dari satu generasi kegenerasi lain. Tenun ikat dari Ended an
Rio di Flores mula-mula ditenun dengan benang yang dicelupkan ke dalam nila.
Akibat perkembangan teknologi industri maka lama kelamaan nila mulai
ditinggalkan dan para penenun memakai benang sutera sehingga dapat menghasilkan
tenun ikat berkualitas ekspor.
Kebudayaan merupakan cara berpikir dari setiap
orang, perilaku-perilaku yang digunakan dalam berinteraksi, dan juga
objek-objek material yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari. Sifat-sifat
dari kebudayaan adalah berbasis pada simbol, dapat dipelajari, diwariskan,
dimiliki bersama, dan bersifat adaptif. Salah satu contoh kebudayaan adalah
budaya“nondjok” , yaitu budaya dimana ada seseorang yang mempunyai
hajat, entah itu pernikahan, khitanan, atau yang lain, maka orang yang
mempunyai hajat tadi memberikan bebagai macam makanan kepada kepala desa.
Sesuai dengan karakteristiknya maka budaya ini
dimiliki bersama oleh masyarakat itu. setiap masyarakat yang mempunyai hajat,
dengan sendirinya tanpa ada paksaan ataupun tekanan mereka mau melakukanya,
meskipun kadang kala makanan yang mereka buat cukup sedikit.
Masyarakatmelakukanya karena mereka mempunyai pemikiran bahwa “
nondjok” itu adalah kebudayaan miliknya yang harus dilakukan apapun
alasanya. Bagi orang yang tidak melakuakn kebudayaan ini maka dengan sendirinya
masyarakat yang lain akan mencemoohnya. Tindakan mencemooh itu merupakan
tindakan yang dilakukan masyarakat karena mereka tersinggung karena ada orang
yang tidak mau melaksanakan budaya mereka yang sudah dari dulu mereka anut.
Kebudayaan itu akan diwariskan pada generasi
berikutnya. Kepada anak mereka, misalnya. Setiap keluarga biasanya memberikan
pendidikan tentang kebudayaan itu lewat cerita-cerita kepada anak mereka bahwa
harus melakuaknya. Pada saat kebudayaan itu berlangsung orang tua akan
melibatkan anaknya dalam proses kebudayaan itu. misalnya pada saat mengantarkan
ke rumah kepala desa. Dengan sendirinya budaya itu akan meresap pada pikiran
anak itu. sehingga dia juga akan merasa bahwa budaya itu adalah miliknya yang
harus dijaga terus.
Budaya itu bersifat adaptif, artinya dapat
menyesuaikan dengan kondisi lingkungan sosial. Budaya dapat juga berubah karena
berubahnya kondisi sosial. Seperti budaya ini, inti budaya ini adalah
memberikan makanan pada kepala desa. Tapi macam-macam makanan dan jumlah yang
diberikan tidak sama antara orang yang satu dengan yang lainya. Orang yang kaya
bisa memberikan makanan yang banyak dan mewah sebaliknya orang yang miskin
hanya mampu memberikan seadanya saja. ini menunjukan budaya itu tidak harus
sama dalam penerapanya dalam kehidupan sosial. Tergantung dengan kondisi
masing-masing
Sebuah budaya berbasis pada simbol. Setiap
budaya memiliki simbol-simbol yang tidak sama yang mempunyai makna yang berbeda
pula. Simbol yang digunakan merupakan sesuatu yang muncul dari diri seseorang
karena telah terjadi kejadian yang luar biasa. Misalnya turnya hujan yang sudah
bertahun-tahun tidak hujan. Mereka mengugkapkan rasa syukur mereka dengan
melakukan hal yang mereka anggap itu baik. Budaya ini merupakan simbol dari
bentuk penghormatan terhadap seorang pimpinan yang tertinggi dalam desa itu.
Dalam perkembanganya, budaya harus bisa
menyesuaikan dengan keadaan sosial yang ada. Apa yang dibutuhkan oleh
masyarakat, budaya harus bisa memenuhinya. Jika tidak maka dengan sendirinya
budaya itu akan dianggap tidak ada oleh masyarakat. Jadi, budaya dapat berubah sesuai dengan berubahnya
waktu.
No comments:
Post a Comment